"Hancur buang abunya dalam telaga biru, timbun dengan nadi dan sesap asapnya dengan cerutu, kubur dibawah lempeng lima benua, lupakan! Lupakan semuanya sampai busuk, jadi lumut, aku mau lupa."
terkadang ada saatnya kita ingin melupakan bagian diri kita sendiri. tentang seseorang yang mengisi setiap waktumu. dimulai dengan ucapan selamat pagi dan diakhiri dengan ucapan "goodnight sweetheart" dan kecupan selamat tidur.
iya, saya terlalu pengecut untuk mengingat semua kalimat itu.
Apa rasanya? Apa rasanya ditinggalkan oleh seorang yang paling kau percayai di dunia, yang mimpinya kau telan seperti obat penawar rasa sakit akan dunia, yang ucapannya kau minum pagi-siang-sore-malam supaya kau tetap hidup dalam dunia yang semakin menggila, dan terlebih lagi.. supaya kau tetap punya mimpi. Seorang yang membuatmu begitu percaya pada dirimu sendiri, pada kata idealisme yang bahkan kau tak tahu apa artinya.
Seorang yang mengajarkanmu meneliti indahnya langit senja dan lalu mengartikan bentuk-bentuk jingga di langit seberang sambil merendam kaki. Seorang yang bercerita tentang kisah-kisah gila para inspirator dan kadang kau tahu juga bahwa kisahnya itu karangannya sendiri. Seorang yang mengajarkanmu cara mewarnai pelangi, cara memelihara mimpi dan cara terbang ke angkasa tanpa sayap.
Aku menghabiskan banyak waktu merenung, berpikir,marah, menangis untuk menemukan sebuah penjelasan. Penjelasan yang tak bisa kudapatkan. Kata tanya tanpa jawaban. Aku mengingat-ingat segalanya, mencari kalam, dimana yang salah kuletakkan tentang segala sesuatu yang kukira benar. Dan jawaban itu tak ada, tak sedikitpun memberikan petunjuk untuk membuatku lega.
Di sebuah titik aku sadar, menemukan diriku telah lama terisak-isak di atas tumpukan kenangan yang sudah hampir basi. Dan di saat itu, dengan langkah gontai aku menghampiri brangkas terdalam pada ingatan dan hatiku, kukunci semua kalimat dan suara yang telah akrab di telingaku, kuletakkan paling bawah. Pengaman ganda. Selesai. Aku tak lagi sakit, aku tak lagi marah, tak lagi perih, tapi kosong.
Musnah saja, anggap saja tak pernah terjadi. Aku memilih untuk tak ingat. Aku memilih untuk lupa bahwa aku pernah sangat sayang pada mereka yang telah mengajarkanku cara memelihara mimpi dan bagaimana cara tertawa.
Cara itu ampuh, saya lupa dan waktu menghempas saya semakin jauh. Menawarkan berbagai senyum lain, mengisi dengan orang-orang baru, wajah-wajah baru, bahkan... mimpi-mimpi baru. Pelan-pelan hatiku penuh lagi, banyak warna lagi, banyak tawa lagi, walaupun ruang yang ditinggalkan itu tetap kosong.
Menghela napas, saya menghapus setitik dua titik sungai di wajahku. Mengucapkan salam pada tukang nasi goreng langganan yang kiosnya kini sepi dan lalu beranjak bangkit. saya punya serentetan kehidupan di depan saya, saya punya banyak pertanyaan yang masih harus kucari jawabnya... Tanpa melihat lagi ke belakang.
saya sudah punya dia, gadis berponi lucu saya.
terima kasih untuk kalian yang pernah ada di dalam hidup saya.
Ciao!
PS: Long time no write here.
Rasanya dibanding teman saya yang menulis pengalaman 30 harinya, saya yang paling terlambat.
:)