“Maukah kamu jadi kekasihku??
“…”’
Laki-laki itu bingung, baru saja ia melakukan kesalahan. Benarkah itu kejujuran, atau apakah diam berarti "iya" untuk pertanyaannya?
Lelaki itu menggaruk kepalanya, menunggu memang sebuah pekerjaan yang membosankan, apapun itu, perempuan itu muram.
Mungkin tidak tahu apa yang bisa diucapkan demi menutupi perasaannya sendiri, takut, gelisah dan juga kasihan.
5 menit berlalu tanpa jawaban..
"Okey, aku hanya bercanda,ini April Mop, ingat?" Sang lelaki tertawa
Lega.. si perempuan hanya tersenyum sambil berkata... "Kau menyebalkan!"
Dalam hati, si pria berkata, “Aku menyebalkan, karenamu. Aku sebal karena tidak berkata saja yang sejujurnya di hari ini”.
***
Perempuan itu menghela napas, masih terlihat wajahnya yang elok.
Lelaki itu bersamaan dengan itu berkata, “ummm, soal yang kemarin itu, maafkan aku ya? Aku tidak bermaksud membuatmu jengkel, lagipula mana mungkin aku jatuh cinta padamu? Kamu bukan tipeku”
Perempuan itu tertawa, sambil berkata, “Kalau aku mati hanya karena sakit jantung apa yang kamu lakukan?”
Laki-laki itu hanya menggumam “… entah harus sedih atau senang kalau engkau mati”
“Oya, dasar!, tapi memang kemarin aku sudah berpikir, apakah engkau yang tidak bias serius ini mampu mengatakan hal seperti itu pada seorang wanita?”
“Tentu saja, jika hal ini tentangmu aku rela berkata apa saja” Kata pria itu, tetapi ia memilih menjawab “Padahal aku ingin membuatmu takluk dihadapanku, aku ingin kamu berkata YA, kemudian aku akan tertawa terbahak-bahak melihat wajah polosmu itu.”
“Itu tidak akan terjadi” Perempuan itu tertawa.
“MENGAPA TIDAK?” tetapi sang lelaki memilih untuk diam. Menghela napas panjang.
“Ya, itu tidak mungkin terjadi, lagian, kamu manja, galak, ga cantik, ga cocok untuk aku yang ganteng ini.”
Aku telah banyak berbohong hari ini
‘Hahahah, ganteng???”
“Iya, aku kan memang terlahir ganteng”
“NO…. kalau kamu ganteng, maka semua pria di dunia ini super ganteng”
“Tapi tetap saja ganteng kan?”
Ayolah aku tidak ingin berdebat pada hal tidak penting ini.
“Iya-ya, kamu ganteeenngg banget. Tapi kumel”
“Hahahaha” Lelaki itu tertawa kecut
“Hujan nich, sudah dulu yah, Bye”
“Perlu aku antar?”
“Tidak perlu, thank’s” Perempuan itu menyetop taksi, masuk ke dalam. “Kamu hati-hati ya?’
Belum sampai sang lelaki menyahut, sang Perempuan telah menghilang di balik hujan.
****
Lelaki itu terlelap, masih terbayang bagaimana dia menyangkal bahwa dia sangat menyayangi perempuan itu,
Namun ada sesuatu hal yang tidak sempat dia bilang.
Dia menulis sesuatu:
“Selalu, aku rasa,
kita akan bercakap dalam senyap
Dengan bahasa langit yang hanya kita yang tahu
serta menyemai setiap harap yang kerap datang mengendap
lalu meresapinya ke hati dengan getir
Selalu, aku rasa,
kamu tersenyum disana, ketika akupun tersenyum disini
dan kita, dengan bahasa langit yang kita punya itu,
secara bersahaja, menyapa larik-larik kenangan
dan meniti setiap selasar waktu
bersama desir rindu menoreh kalbu
Selalu, aku rasa,
kita tak dapat menafikan
batas yang membentang
dimana jarak membingkainya lalu menjadikannya nyata
serta membuat kita sadar
bahwa pada akhirnya,
dalam pilu aku berkata:
“Percayalah, aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku,”bisikku pelan..
ketika bayangmu, perlahan memudar dibalik rinai hujan..”